Sabtu, 01 Januari 2011

Tahun Baru, Haruskah Dengan Pawai Kendaraan Bermotor?




“Teeeeeeeereeeteeet tetttttt” begitulah bunyi terompet yang mengiringi pergantian tahun 2010. Ratus ribuan orang Surabaya kemarin malam memadati jalan tengah kota untuk merayakannya. Suara kendaraan nbermotor pun menyaingi kerasnya suara terompet. Mereka dengan sengaja memasang kenalpot motor agar menghasilkan suara yang sangat keras ketika mesin dihidupkan. Bukan hanya 1- 2 orang yang memiliki kenalpot seperti itu tetapi hampir seluruh kendaraan motor yang turun ke jalan. Haruskah tiap malam perayaan tahun baru kita melakukan pawai yang tidak ada gunanya dan hanya berhura-hura? Bukan berarti saya melarang pawai akan tetapi cara melakukannya sehingga tidak mengganggu pengguna jalan yang lainnya.

Bukankah menyenagkan apabila sebuah pawai malam pergantian tahun baru menggunakan kendaraan kendaraan tradisional? Bukankah lebih menyenangkan menyuguhkan sajian yang menarik ketika kita melakukan pawai?

Kalau di Scotlandia mereka berpakaian Viking dan berpawai mengelilingi kota mengapa kita tidak berpakaian ala wayang Indonesia, pejuang kemerdekaan, kebaya atau dengan baju yang kental dengan identitas Indonesia batik misalnya. Sehingga orang bisa mengetahui dan mengingat ulang sejarah kebangsaan kita. selain itu, juga belajar untuk mencintai budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.

Pasti capek kalau kita mengadakan pawai tanpa ada kendaraan. Salah satu alternative yang saya imajinasikan untuk menggantikan sepeda motor tersebut adalah dengan becak atau sepeda kebo. Tidak selamanya oldies itu ketinggalan jaman. Kita juga bisa memberi kesempatan para tukang becak menambah penghasilannya di malam tahun baru. Ditambah lagi mereka bisa melalui jalan yang biasanya mereka dilarang untuk melewati daerah pada tengah kota misalnya.

Menurut saya cara tersebut tidak mengganggu kedaan orang sekitar. Malah mungkin menarik perhatian orang yang ada di sekitar kita untuk melihat pawai tersebut.

Tidak ada komentar: